SHARE

Istimewa

CARAPANDANG - Setelah cetak rekor pekan lalu, harga emas dunia kini mulai melandai.

Melansir data Refinitiv pada pagi ini, Senin (8/4/2024) pukul 06.52 WIB, harga emas dunia di pasar spot terkoreksi ke posisi US$ 6311,78 per troy ons, melandai dibandingkan penutupan pada akhir pekan lalu di US$ 6329,50 per troy ons.

Kendati begitu, harga emas masih bertahan di atas level 6300 dan sudah sempat mencetak All Time High hingga lima kali sejak 28 Maret 2024.

Melonjaknya harga emas dunia tidak lepas dari sifatnya sebagai safe haven. Emas digunakan investor untuk melindungi nilai asetnya terutama ketika inflasi sedang memanas atau banyak ketidakpastian.

Ada beberapa ketidakpastian yang masih menyelimuti pasar tahun ini diantaranya faktor geopolitik dari perang Israel - Hamas yang masih berlanjut hingga aksi berbagai bank sentral yang cenderung mengumpulkan emas akibat dedolarisasi.

Sebut saja ada China dan Rusia sejak 2022 telah meningkatkan emas sebagai cadangan devisa mereka supaya tidak terlalu bergantung pada dolar Amerika Serikat (AS).

Apalagi era suku bunga tinggi masih potensi terjadi mengingat ekonomi AS masih cukup kuat.

Terbaru data pasar tenaga kerja semakin ketat, ini dicerminkan non farm payroll (NFP) yang rilis pada Jumat malam (5/4/2024) dengan hasil di luar dugaan melonjak tinggi.

NFP per Maret 2024 naik ke 303.000 pekerjaan dibandingkan sebelumnya 270.000 pekerjaan. Nilai tersebut berbanding terbalik dengan harapan pasar yang proyeksi bisa turun ke posisi 200.000 pekerjaan.

Sementara untuk tingkat pengangguran masih tetap terjadi di posisi 3,8% pada Maret 2024. Kuatnya pasar tenaga kerja AS ditambah inflasi yang masih memanas membuat ketidakpastian meningkat lantaran potensi suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) turun bisa lebih lama.

Beberapa pejabat The Fed pun masih bernada hawkish, meski Ketua The Fed, Jerome Powell sebelumnya sempat meyakinkan pelaku pasar akan jalur pemangkasan suku bunga The Fed.

Sebelumnya pada Kamis kemarin, Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin mengatakan bank sentral AS memiliki "waktu untuk menghilangkan masalah" inflasi sebelum mulai menurunkan suku bunga.

Sementara pada Rabu lalu, para pejabat The Fed termasuk Ketua The Fed, Jerome Powell tetap berpegang pada strategi penurunan suku bunga yang hati-hati.

"Ini merupakan kelanjutan dari gagasan... yang disebarkan oleh pidato Powell beberapa hari yang lalu bahwa Federal Reserve bersiap untuk menurunkan suku bunganya," kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, dikutip dari Reuters.

Pejabat The Fed termasuk Powell pada Rabu lalu terus berfokus pada perlunya lebih banyak perdebatan dan data sebelum suku bunga diturunkan, sebuah langkah yang diperkirakan pasar keuangan akan terjadi pada bulan Juni. dilansir cnbcindonesia.com

Tags
SHARE