SHARE

Istimewa

CARAPANDANG - Harga emas terpantau melemah pada perdagangan Kamis (4/4/2024), setelah selama empat hari beruntun mencetak rekor tertinggi sepanjang masanya.

Merujuk data Refinitiv, harga emas ditutup di posisi US$ 2.289,43 per troy ons atau melemah 0,42%. Dengan ini, maka emas yang sebelumnya mencetak rekor selama empat hari beruntun pun resmi terhenti.

Pelemahan ini juga mengakhiri rally panjang emas selama tujuh hari berhenti dengan penguatan harga menembus 6,3%.

Namun pada Jumat pagi hari ini sekitar pukul 06:07 WIB, harga emas kembali menguat tetapi tipis-tipis yakni 0,06% menjadi US$ 2.290,89 per troy ons. Tetapi, pada pagi hari ini masih berada di bawah harga rekor terakhir di US$ 2.299,17 atau nyaris menyentuh level psikologis US$ 2.300 per troy ons.

Reli harga emas terhenti kemarin karena investor mulai melakukan akumulasi setelah terus mencetak rekor tertingginya. Selain itu, investor menanti kejelasan lebih lanjut mengenai waktu pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed).

Hal ini terjadi setelah beberapa pejabat The Fed masih bernada hawkish, meski Ketua The Fed, Jerome Powell sebelumnya sempat meyakinkan pelaku pasar akan jalur pemangkasan suku bunga The Fed.

Sebelumnya pada Kamis kemarin, Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin mengatakan bank sentral AS memiliki "waktu untuk menghilangkan masalah" inflasi sebelum mulai menurunkan suku bunga.

Sementara pada Rabu lalu, para pejabat The Fed termasuk Ketua The Fed, Jerome Powell tetap berpegang pada strategi penurunan suku bunga yang hati-hati.

"Ini merupakan kelanjutan dari gagasan... yang disebarkan oleh pidato Powell beberapa hari yang lalu bahwa Federal Reserve bersiap untuk menurunkan suku bunganya," kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, dikutip dari Reuters.

Pejabat The Fed termasuk Powell pada Rabu lalu terus berfokus pada perlunya lebih banyak perdebatan dan data sebelum suku bunga diturunkan, sebuah langkah yang diperkirakan pasar keuangan akan terjadi pada bulan Juni.

Namun, peluang The Fed untuk memangkas suku bunga acuan pertama kali di pertemuan Juni kembali meningkat. Berdasarkan perangkat CME FedWatch, pasar saat ini melihat peluang sebesar 64,7% untuk penurunan suku bunga setidaknya 25 basis poin pada pertemuan Juni mendatang.

Sementara itu, harga emas mulai melandai setelah dirilisnya data klaim pengangguran mingguan untuk periode pekan yang berakhir 30 Maret 2024.

Data terbaru menunjukkan klaim tunjangan pengangguran negara meningkat menjadi 221.000 untuk pekan yang berakhir pada tanggal 30 Maret dibandingkan perkiraan 214.000 yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters

Ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja mulai melambat, yang mendukung target penurunan suku bunga The Fed sebanyak tiga kali pada tahun ini.

Saat ini, fokus investor tertuju pada perilisan data penggajian non-pertanian (non-farm payroll/NFP) dan tingkat pengangguran untuk periode Maret 2024.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan NFP untuk periode Maret lalu akan turun menjadi 200.000, dari sebelumnya sebesar 275.000 di Februari, sementara tingkat pengangguran kemungkinan akan tetap stabil di 3,9%.

Di lain sisi, pembelian yang kuat masih terjadi dari beberapa bank sentral dan arus masuk aset-aset safe-haven di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik telah meningkatkan permintaan emas, membantu mendorong harga emas melesat lebih dari 25% sejak Oktober 2023.

"Ini sangat overbought (jenuh beli) dan perlu adanya koreksi untuk meredakan ketegangan. Menurut pandangan saya, pemangkasan suku bunga The Fed sudah diperhitungkan," kata analis StoneX, Rhona O'Connell, dilansir dari Reuters. dilansir cnbcindonesia.com

Tags
SHARE