SHARE

Istimewa

CARAPANDANG - Emas sudah bersinar lebih dari 5.000 tahun lamanya. Selama ribuan tahun tersebut, emas sudah mengalami berbagai sejarah manis dan pahit dunia mulai dari Perang Dunia, resesi, hingga pandemi Covid-19. Emas juga sudha berkali-kali jatuh dan menuai rekor demi rekor.

Meskipun menjadi incaran warga bumi, emas diyakini bukan berasal dari bumi. Dilansir dari BBC, penelitian yang dilakukan Universitas Bristol menunjukkan kemungkinan emas barasal dari tabrakan meteorit lebih dari 200 juta tahun setelah terbentuknya bumi.

Pada saat proses pembentukan bumi, besi cair terbenam ke pusat bumi untuk membentuk inti. Besi cair ini terbenam sambal membawa logam mulia seperti emas dan platinum.

Tabrakan meteorit melapisi bumi dengan kandungan berbagai logam mulia seperti emas dan platinum.

Setelah emas dan logam mulia lainnya memasuki bumi, bumi kemudian membentuk benua-benua. Pada proses ini membuat emas tersebar di penjuru bumi ke dalam kantong-kantong wilayah tambang tertentu.

Adalah bangsa Mesir yang diyakini sebagai penambang emas pertama. Dilansir dari Livemint, bangsa Mesir diperkirakan sudah menambang dan menggunakan emas untuk diperdagangkan ataupun dibuat hiasan pada 3.000 Sebelum Masehi (SM). Dengan melihat tahun Masehi sudah menginjak 2.024 maka usia investasi emas sudah berlangsung 5.000 tahun.

Bangsa Lydia (salah satu daerah yang kini masuk Turki) kemudian membuat status emas lebih strategis lagi. Raja Croesus dari Lydia mengeluarkan koin emas sebagai alat pembayaran sekitar 550 SM. Nilai emas pun semakin melangit.

Kaisar Augustus yang memerintah Roma pada 31 SM hingga 14 SM menetapkan nilai emas. Satu pound emas setara dengan 40-42 koin umum.

Negara-negara yang kini berstatus negara maju juga tercatat menggunakan standar emas sejak lama. Inggris menetapkan satu troy ons emas setara dengan 0,89 pound pada 1257.

Amerika Serikat mulai menetapkan standar emas pada 1900. Emas ditetapkan sebagai satu-satunya logam yang bisa digunakan menebus nilai tukar. Nilai emas ditetapkan US$ 20,67 per troy ons.

Emas memasuki sistem keuangan global pada 1913 saat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) terbentuk. Salah satu tugas The Fed adalah menstabilkan emas dan nilai mata uang.

Setelah masuk ke sistem keuangan global, harga emas juga kemudian dipengaruhi sejumlah peristiwa penting di dunia.

Emas pernah bergerak liar pada periode 1930an saat terjadi Great Depression. Beberapa negara bahkan mengabaikan standar nilai emas karena fluktuasinya yang luar biasa. Inggris melakukan kebijakan tersebut pada 1931 sementara AS pada 1933. Pasar emas bahkan ditutup selama Perang Dunia Dunia II.

Harga emas melesat hingga US$ 600 pada 1980 saat dunia mengalami stagflasi. Deretan berbagai peristiwa penting di dunia membuktikan statis emas sebagai aset aman. Kelangkaan, keindahan, sifatnya yang tahan korosi, serta nilainya yang tidak mudah jatuh membuat emas selalu dicari orang saat terjadi gonjang-ganjing ekonomi, perang, atau situasi global yang genting.

Dalam empat tahun terakhir harga emas terus menerus mencetak rekor. Pada 6 Agustus 2020 yakni US$ 2.063,19 per troy ons. Lonjakan terjadi di tengah kekhawatiran global setelah pandemi Covid-19 melanda dunia.

Emas kembali melejit pada April 2022 saat perang Rusia-Ukraina meletus. Namun, dengan cepat emas melemah karena kebijakan agresif bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang mengerek suku bunga sebesar 525 bps pada periode Maret 2022-Juli 2023.

Harga emas terbang pada tahun ini setelah The Fed mengindikasikan akan memangkas suku bunga. Sepanjang Maret 2024, emas bahkan mencetak rekor sebanyak 10 kali.

Emas dengan cepat mencetak pencapaian terbaiknya sepanjang Maret-April 2024 dengan menembus level psikologis baru di US$ 2.200 dan kemudian US$ 2.300.

Pada periode 1-5 April 2024, emas bahkan mencetak rekor sebanyak empat kali. Rekor tertinggi dalam sejarah tercipta pada perdagangan kemarin, Jumat (5/4/2024) yakni menembus US$ 2.327,05 per troy ons. dilansir cnbcindonesia.com

Tags
SHARE