SHARE

Foto: Roby Firmansyah/Carapandang.

*Oleh: Amir Fiqi 

CARAPANDANG.COM - Hari ini, tanggal 21 April merupakan hari yang sangat bersejarah bagi perjuangan perempuan Indonesia. Maka, setiap tahun diperingati sebagai Hari Kartini. Tentunya perayaan ini bertujuan untuk mengenang jasa perjuangan Raden Ajeng (RA) Kartini dalam mengangkat derajat perempuan di Indonesia.

Pada saat pandemi virus corona atau Covid-19, peringatan hari bersejarah ini tidak seperti biasanya. Tidak ada perayaan dengan menggelar pawai  dengan mengenakan pakaian-pakaian  adat dari seluruh Indonesia. Dan bisa jadi tidak ada lomba-lomba yang mengumpulkan massa banyak.

Namun, tidak adanya perayaan yang meriah seperti tahun-tahun sebelumnya jangan sampai melupakan atau menyurutkan semangat kaum perempuan Indonesia untuk terus mengambil spirit perjuangan RA Kartini. Teruslah  berperan aktif dalam mengisi kemerdekaan Indonesia meskipun hanya langkah-langkah kecil, misalnya dengan memberikan peran besar dalam kehidupan keluarga.

Ibu menjadi guru di rumah

Di masa pandemi virus corona atau  Covid-19 seperti saat ini, sungguh peran kaum perempuan di Indonesia sangat dibutuhkan. Pasalnya,  seluruh aktivitas di pusatkan di rumah. Seperti imbauan dari pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, maka pemerintah meminta kepada warganya untuk melakukan aktivitas di rumah saja, misalnya belajar di rumah, beribadah di rumah dan bekerja di rumah.

Kondisi ini menjadi momentum kaum perempuan (ibu rumah tangga) untuk mengambil peran penting, khususnya dalam mendidik anak selama pandemi Covid-19. Karna selama pendemi ini, maka rumah telah berubah menjadi sekolah bagi anak.

Mengutip kalimat hikmah yang masyhur diungkapkan “Wanita adalah tiang negara. Apabila wanita baik maka baik pula negara. Apabila wanita rusak maka rusak pula negara,” ini harus menjadi spirit kaum perempuan Indonesia. Yakni menjadi sosok perempuan yang mampu mencerahkan dan berkontribusi besar bagi perubahan bangsa ini.

Dalam pandangan Islam perempuan memiliki peran yang sangat besar untuk keberlangsungan bangsa yang religius. Maka itu, jangan sekali-kali meremehkan peran perempuan.

Hal ini juga menjadi spirit RA Kartini untuk memperjuagkan kaum perempuan di Indonesia.  Dia memperjuangkan kaum perempuan pada saat itu harus memiliki hak yang setara dalam hal pendidikan. Karena dia sadar bahwa perempuan kelak akan menjadi ibu dari anak-anak mereka. Maka itu harus dibekali dengan ilmu pengetahuan untuk mendidik anak-anaknya kelak.

Pada saat itu, Kartini sudah memiliki pandangan jauh ke depan yakni bahwa kaum perempuan lah yang pertama kali akan memikul kewajiban sebaagai pendidik. Seorang perempuan akan menjadi ibu yang akan menjadi pusat kehidupan rumah tangga. Dan seorang ibu menurut Kartini, dibebankan tugas besar untuk membentuk budi pekerti. Dia menyadari betul bahwa mendidik bukan hanya sekadar membuat seseorang menjadi pintar. Ilmu pengetahuan dan intelektualitas seseorang tidak akan berarti apa-apa tanpa diimbangi dengan watak budi pekerti yang baik. Dan itu hanya bisa didapatkan melalui pendidikan dari seorang ibu dalam sebuah keluarga.

"Perempuanlah, kaum ibu yang pertama-tama meletakkan bibit kebaikan dan kejahatan dalam hati sanubari manusia, yang biasanya terkenang dalam hidupnya. Bukan saja sekolah yang harus mendidik jiwa anak, tetapi juga yang terutama pergaulan di rumah harus mendidik! Sekolah mencerdaskan pikiran dan kehidupan di rumah tangga hendaknya membentuk watak anak itu!," ungkap Kartini. (Kompas)

Maka itu, di masa-masa pandemi ini jadikan momentum untuk mendidik anak. Mungkin selama ini orang tua, khususnya ibu jauh dari anak, mulai lah mendekat dengan membimbing mereka. Jadikan kehadiran ibu menjadi guru yang siap mendidik dan memberikan motivasi. 

Intropeksi bersama

Jadikan belajar di rumah menjadi intropeksi bersama di dalam keluarga. Apakah selama ini kita sudah menjadi orang tua yang seutuhnya bagi anak-anak?. Jangan sampai kita sebagai orang tua hanya memberikan atau mencukupi kebutuhan fisik, tapi kita lupa hadir dengan memberikan kebutuhan psikis atau jiwa kepada mereka.

Keduanya harus hadir dan diberikan kepada anak-anak. Jangan sampai kita fokus mencukupi kebutuhan fisik tapi lupa memberikan kebutuhan psikis kepada anak. Sebab, sejatinya kebutuhan jiwalah yang paling utama; dengan cukup memberikan pendidikan psikis/jiwa ini akan membawa perubahan yang sangat luar biasa bagi anak. Yakni akan menjadikan mereka yang memiliki sikap atau budi pekerti yang baik.

Marilah kita intropeksi bersama yakni dengan memberikan kebutuhan yang seimbang antara dunia dan akherat. Jangan sampai hanya mengedepankan kepintaran/ intelektual, tapi orang tua harus menyiram dan merawat anak-anak dengan dengan nilai-nilai agama. Sebab inilah yang sejatinya dibutuhkan bangsa ini.

Apabila kita jujur melihat kondisi generasi muda saat ini sangat memprihatinkan. Generasi muda saat ini hidup dalam pergaulan bebas. Seperti  dikutip dari laman Kompas.com jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 2,3 juta. Dan angka 30 persennya dilakukan oleh para remaja. Tidak hanya pergaulan bebas generasi muda saat ini juga dihadapkan dengan godaan pengggunaan obat-obat terlarang (narkoba) jumlahnya juga sangat tinggi.

Seperti disampaikan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisiaris Jenderal Polisi Heru Winarko bahwa penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja makin meningkat. Di mana ada peningkatan sebesar 24 hingga 28 persen remaja yang menggunakan narkotika.

Berdasarkan World Drugs Reports 2018 yang diterbitkan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), menyebutkan sebanyak 275 juta penduduk di dunia atau 5,6 % dari penduduk dunia (usia 15-64 tahun) pernah mengonsumsi narkoba. Sementara di Indonesia, BNN selaku focal point di bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) mengantongi angka penyalahgunaan narkoba tahun 2017 sebanyak 3.376.115 orang pada rentang usia 10-59 tahun.

Ini menjadi pekerjaan rumah bangsa Indonesia yang berat. Jika generasi bangsa ini tidak ditanamkan akhlak yang baik maka sungguh berat bangsa ini ke depan.  Maka itu, peran keluarga menjadi sangat penting, karena benteng terakhir mencetak generasi bangsa yang unggul baik intelektual dan moral ada di keluarga. Dan peran ibu menjadi penting untuk senantiasa membimbing anak-anak mereka menjadi pribadi yang paripurna.

Jadikan momentum pandemi Covid-19 menjadi sarana untuk menuju perubahan yang besar yakni dengan menyiapkan generasi yang unggul. Semoga semangat RA Kartini menjadi spirit bagi kaum perempuan Indonesia saat ini menjadi obor penerang bagi perubahan bangsa yang gemilang. 

*Penulis merupakan wartawan dan Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)  UHAMKA

Tags
SHARE