SHARE

Istimewa

Lidya sempat mempertanyakan mengapa masyarakat masih mengonsumsi artificial vanilla padahal seharusnya ekstrak vanila murni bisa diakses dengan mudah mengingat potensi yang dimiliki Indonesia.

Ia menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu penghasil terbesar vanila di dunia setelah Madagaskar. Sementara vanila sendiri merupakan rempah termahal di dunia setelah safron.

“Kebetulan La Dame bahannya nggak banyak karena kami mengutamakan natural. Proses pembuatan vanila di kami sangat panjang karena kami benar-benar concern dengan kualitas,” ujarnya.

Lidya menekankan pentingnya menjalankan bisnis yang produknya dapat menghasilkan solusi bagi orang lain sehingga bisnis akan hidup secara berkelanjutan, seperti yang ia lakukan di La Dame in Vanilla.

“Dan kalau misalnya kita melakukan itu (bisnis) karena passion, ketika kamu bosan, kamu cukup mengingat kembali kalau kita sebenarnya menyukai hal tersebut,” katanya.

Menurut Lidya, pihak pemerintah seperti beberapa kementerian sempat mengunjungi dan menengok lokasi produksi 'La Dame in Vanilla'. Ia berharap pemerintah, baik pusat dan daerah, selanjutnya bisa lebih memperhatikan dan menyadari lagi mengenai potensi UMKM dalam memproduksi produk berbahan dasar vanila mengingat jenis tanaman ini harus terus dilestarikan dan menjadi kebanggaan Indonesia.

“Vanila itu harus kita lestarikan karena ini adalah warisan untuk anak cucu kita nantinya, bagimana caranya (tetap ada), ini kan kebanggaan, ya. Mungkin 'La Dame in Vanilla' dan aku sendiri itu memberikan hanya sedikit kontribusi. Aku terlalu cinta dengan Indonesia, begitu tahu vanila mau mati kayaknya sedih banget,” kata Lidya.
 

Halaman :
Tags
SHARE